Lih, bangun lih, sholat shubuh,
Mun, bangun udah shubuh mun,
Siska, Lena, Metha, Aniek, ayo bangun, sholat shubuh jamaah yuukk....
Begitulah Emak (panggilan sayang untuk sahabat kami, Mey) setiap pagi berkoar-koar membangunkan kami, yang bagaikan putri tidur tetap terlelap meski adzan shubuh telah berkumandang. Dia mengetuk setiap pintu kamar kami (bahkan berkali-kali), berharap beberapa dari kami segera sadar, bangun dan mengambil air wudhu, dan syukur-syukur shalat berjamaah dengannya. Namun, terkadang niat baiknya hanya disambut dengan sayup-sayup bunyi tak jelas yang keluar dari mulut kami yang kami sendiri pun tak tahu maksudnya...Kadang kami mengatakan “iya Mey”, tapi badan kami tak “iya” untuk segera bangun dari peraduan...Kadang juga kami merasa “sedikit” kesal, apalagi jika kita sedang tidak sholat tetapi tetap dibangunkan juga...Tapi si Emak yang satu ini tetap sabar dan tetap dengan semangat 45 membangunkan kami untuk sholat. Dia benar-benar seperti seorang emak, selalu berusaha membuat kami, anak-anaknya, untuk tetap berada di jalan Nya....
Setelah meninggalkan asrama mahasiswa Universitas Indonesia Depok, kami terpencar-pencar ke daerah kos yang berbeda-beda.. Tiada ada lagi suasana yang seperti dulu...Tiada ada lagi Emak yang membangunkan sholat.... Sekarang hanya ada suara alarm hand phone yang menyambut tanpa diiringi irama ketukan pintu dan suara Emak... Oh Emak, memang tiada duanya!!!
Sesuatu baru terasa indah dan berkesan setelah kita tidak mengalaminya lagi. Meski kita coba untuk mengulangnya kembali pun, rasanya tak sama seperti dulu. Seperti Emak yang tak ada duanya, kenangan ini pun tak ada duanya dan akan selalu terkenang sepanjang hidup kita.....^^